Sulawesi Tengah banyak menyimpan keanekaragaman
hayati yang mengagumkan, salah satunya satwa endemik. Dalam ekologi, endemik
merupakan gejala yang dialami oleh satwa untuk menjadi unik pada satu lokasi
geografi tertentu. Faktor fisik, iklim, dan biologis menyebabkan suatu satwa
menjadi endemik. Burung maleo (Macrocephalon maleo) merupakan salah
satu satwa endemik yang hanya ada di Sulawesi dan tidak ada di tempat lain.
Burung ini memiliki keunikan dalam hal perkembangbiakannya. Tidak seperti
burung lain yang membuat sarang dan mengerami telurnya, maleo meletakan
telurnya dalam lubang pasir di dekat pantai, lalu telur dibiarkan menetas
dengan sendirinya.
Seperti halnya tim, maleo memiliki insting kerjasama
yang baik. Ketika menggali lubang untuk bertelur, penggalian dilakukan secara
bergantian antara maleo jantan dan maleo betina. Saat maleo betina menggali
lubang, maleo jantan mengawasi sekelilingnya, demikian sebaliknya.
Telur maleo sangat besar
dengan panjang rata-rata 11 cm dan beratnya sekitar 260 gram per butir atau
sebanding dengan 5 butir telur ayam. Ukuran telur ini menjadi tidak
proporsional bila dibandingkan dengan ukuran badan burung maleo itu sendiri.Maleo juga termasuk satwa yang cerdik. Untuk
mengelabui pemangsa yang mungkin sedang mengincar telur-telur mereka, maleo
seringkali membuat lubang-lubang lain.
Dalam habitatnya pun, ancaman kepunahan populasi
burung ini juga sangat tinggi, karena setelah menetas anak maleo akan berusaha
sendiri keluar dari pasir dan langsung berjuang hidup sendiri di alam tanpa
asuhan sang induk.
Saat ini, populasi maleo terus menurun. Kalau tidak
dilakukan upaya pelestarian, suatu saat burung ini akan punah sama sekali.
Beberapa ancaman terhadap habitat maleo diantaranya penebangan hutan secara
berlebihan, pembukaan lahan dengan cara membakar hutan, dan perburuan telur
oleh manusia.
Diperlukan kepedulian kita untuk menyelamatkan maleo
dari kepunahan. Jangan biarkan maleo punah dari bumi Sulawesi.
Foto: Secangkir Narasi Alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar