Cool Social Media Sharing Touch Me Widget by Blogger Widgets


Tradisi Nginang di Powelua Donggala

Nginang merupakan kegiatan seseorang yang sedang mengunyah biji pinang yang dicampur dengan kapur sirih, gambir dan daun sirih, kemudian menggosokan tembakau di gigi dan gusi. Tradisi nginang yang dulu banyak dilakukan oleh nenek moyang kita ini, kini sudah banyak ditinggalkan. Jika secara umum di sekitar kita tidak lagi dijumpai orang yang nginang, kondisi ini berbeda dengan gambaran di salah satu kampung yang saat itu saya kunjungi.
Suasana sejuk kampung dengan dengan angin dari arah gunung berhembus perlahan, tapi lebih dari cukup untuk menyejukan isi kampung yang berpenghuni kurang dari seratus empat puluh rumah. Salah satu dari rumah penduduk ini, sebuah rumah beratap daun kelapa luasnya kurang lebih enam kali enam meter berdiri diantara pepohonan. Lembaran papan yang dipaku pada tiang membungkus dinding keempat sisi samping ruang rumah. Di halaman rumah, anak-anak kecil bermain enggrang, sebuah permainan tradisional yang terbuat dari bambu bulat panjang dan diberi pijakan agar kaki dapat leluasa berjalan. Dari dalam rumah, seorang ibu setengah baya keluar dan perlahan-lahan menuruni tangga dari rumah yang mungil itu. Dengan ramah si ibu mempersilahkan kami untuk masuk ke dalam rumah. Setelah berkenalan baru diketahui ibu setengah baya ini bernama Erni.
Selama berbincang-bincang dengan kami, bibir dan gigi bahkan ujung jari Bu Erni kelihatan merah layaknya telah mengunyah dan memegang makanan tertentu. Karena ini pula lah, seorang teman penasaran dan menanyakannya. Bu Erni kemudian menceritakan bahwa para wanita di kampungnya – termasuk juga dirinya – masih melakukan tradisi nginang. Masyarakat melakukan nginang karena merupakan tradisi sejak dulu, yang  diwariskan secara turun-temurun. Dari pengalaman, kebanyakan wanita yang nginang memiliki gigi yang kuat meski berwarna agak kekuningan. Penjelasan Bu Erni diperkuat dengan menunjuk salah satu perempuan desa yang berusia lanjut yang duduk tidak jauh dengan tempat kami berbincang-bincang.
Mendengar cerita Bu Erni saya berpikir, bila nginang dapat membuat gigi menjadi kuat mungkin saja ini dikarenakan bahan campuran nginang mengandung antiseptik dan kalsium, yang dapat mencegah pertumbuhan kuman-kuman di mulut dan dapat menguatkan gigi. Jika demikian, kenapa para ahli tidak banyak melakukan penelitian tentang ini ya? Kemudian jika terbukti ada manfaatnya, dan rasanya dapat dibuat serupa dengan rasa rokok, tidak ada salahnya tradisi ini disosialisasikan agar para perokok beralih menjadi penginang. Kalo ini terjadi, berarti ke depan bisa saja yang dikeluhkan orang tidak lagi asap rokok, tetapi masalah lingkungan jika para penginang tidak menjaga kebersihan dengan membuang ludah yang berwarna merah secara sembarangan. 
Kampung tempat Ibu Erni bermukim berada di Desa Powelua, yang secara administrasi termasuk dalam Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala. Untuk sampai ke desa ini dapat menggunakan kendaraan motor ataupun mobil.  Perjalanan dapat ditempuh tidak lebih tiga jam lamanya dari Kota Palu. Hawa pedesaan masih terasa sejuk, walau tidak sedingin saat dulu.
Di kampung Ibu Erni ini, masih dijumpai hutan lindung dengan pemandangan alam yang indah. Dari hutan lindung ini juga mengalir sungai dengan debit yang cukup besar. Kekhasan lain dari lokasi ini adalah penghasil durian, bila musim durian kita dapat membeli durian dari masyarakat yang baru diperoleh dari pohonnya.
Akhirnya, jika anda ingin tahu bagaimana rasanya nginang sambil menikmati rasa durian dan melihat panorama alam, silahkan datang ke kampungnya Bu Erni ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright 2014 © Komunitas Blogger Sulawesi Tengah │